Jumat, 26 Februari 2016

Makalah Kelompok 6 - PROSES PENELITIAN LANGKAH 6 UNSUR-UNSUR DESAIN PENELITIAN

PROSES PENELITIAN
LANGKAH 6 UNSUR-UNSUR DESAIN PENELITIAN
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Penelitian
Dosen Pengampu Angga Hidayat
NIDN : 0426108802
Disusun Oleh:
            Aries Maulana Abdi                        (2013122476)          
Kristian Arisandi Panjaitan               (2013121204)
Muhammad Nasrulloh                      (2013122451)
Mohammad Richard Pahlevi            (2013121764)
Yogini                                                (2013120994)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PAMULANG
2015


______________________________________________________________


BAB II

KAJIAN TEORI

2.1.                       Desain Penelitian

Nazir (2014:70) mengungkapkan desain penelitian “adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian.”
2.1.1.      Desain dalam Merencanakan Penelitian
Dalam merencanakan penelitian, desain dimulai dengan mengadakan penyelidikan dan evaluasi terhadap penelitian yang sudah dikerjakan dan diketahui, dalam memecahkan masalah. Pemilihan desain biasanya dimulai ketika seseorang peneliti sudah mulai merumuskan hipotesis-hipotesisnya. Akan tetapi, aspek yang paling penting adalah berkenaan dengan apakah suatu hipotesis yang khas diterjemahkan ke dalam fenomena-fenomena yang diamati dan apakah metode penelitian yang akan dipilih akan dapat menjamin diperolehnya data yang diperlukan untuk menguji hipotesis tersebut.
Desain untuk perencanaan penelitian bertujuan untuk melaksanakan penelitian, sehingga dapat diperoleh suatu logika, baik dalam pengujian hipotesis, maupun dalam membuat kesimpulan. Desain rencana penelitian yang baik akan dapat menterjemahkan model-model ilmiah ke dalam operasional penelitian secara praktis. Tiap langkah dari desain perencanaan penelitian memerlukan pengambilan keputusan yang tepat oleh si peneliti.
2.1.2.      Desain Pelaksanaan Penelitian
Desain pelaksanaan penelitian meliputi proses membuat percobaan ataupun pengamatan serta memilih pengukuran-pengukuran variabel, memilih prosedur dalam teknik sampling, alat-alat untuk mengumpulkan data, kemudian membuat coding, editing dan memproses data yang dikumpulkan dalam pelaksanaan penelitian termasuk proses analisis data serta membuat pelaporan.

2.2.           Tujuan Studi: Ekploratif, Deskriptif, Pengujian Hipotesis (Analisis Dan Prediktif), Analisis Studi Kasus

Sifat studi mungkin bersifat eksploratif atau deskriptif, atau dilakukan untuk menguji hipotesis, bergantung pada tahap peningkatan pengetahuan mengenai topik yang diteliti. Keputusan desain menjadi semakin ketat saat kita berlanjut dari tahap eksploratif, di mana peneliti berusaha mengeksplorasi bidang penelitian organisasi yang baru ke tahap deskriptif. Peneliti mencoba menjelaskan karakteristik tertentu dari fenomena yang menjadi pusat perhatian ke tahap pengujian hipotesis, menguji apakah hubungan yang diperkirakan memang terbukti dan jawaban atas pertanyaan penelitian telah diperoleh.

2.2.1.      Studi Eksploratif
Studi eksploratif (exploratory study) dilakukan jika peneliti memiliki keterbatasan informasi mengenai masalah penelitian tertentu. Karena penelitian-penelitian sebelumnya yang meneliti masalah tersebut relatif belum banyak dilakukan oleh peneliti yang lain. Demikian juga mengenai informasi latar belakang masalah yang diperlukan oleh peneliti untuk memahami dan merumuskan masalah penelitian, penyusunan kerangka teoritis, pengembangan hipotesis dan pengujiannya.
Indriantoro (1999:87) mengungkapkan studi eksploratif pada dasarnya untuk memahami karakteristik fenomena atau masalah yang diteliti, karena belum banyak literatur hasil penelitian yang membahas masalah tersebut atau masalah yang sejenis. Peneliti melalui studi ekploratif dapat mengembangkan konsep yang jelas dan mendefinisikan variabel-variabel penelitian yang penting. Data yang dikumpulkan dalam studi eksploratif dapat menggunakan berbagai teknik, antara lain observasi dan wawancara. Berdasarkan hasil analisis data yang dikumpulkan dalam studi ini, peneliti dapat mengembangkan teori atau hipotesis yang perlu diuji melalui penelitian-penelitian berikutnya.

2.2.2.      Studi Deskriptif
Indriantoro (1999:88) menyatakan studi deskriptif merupakan penelitian terhadap fenomena atau populasi tertentu yang diperoleh peneliti dari subyek berupa individu, organisasional, industri atau perspektif yang lain. Studi ini membantu peneliti untuk menjelaskan karakteristik subyek yang diteliti, mengkaji berbagai aspek dalam fenomena tertentu dan menawarkan ide masalah untuk pengujian atau penelitian selanjutnya.
Studi deskriptif menjelaskan karakteristik suatu fenomena yang dapat digunakan sebagai dasar pembuatan keputusan untuk memecahkan masalah-masalah bisnis. Meskipun pada dasarnya tidak dimaksudkan untuk memecahkan masalah-masalah bisnis, disebut juga dengan analisis diagnosis yang datanya dapat berupa kualitatif dan kuantitatif.
2.2.3.      Pengujian Hipotesis
Penelitian yang bertujuan untuk menguji hipotesis umumnya merupakan penelitian yang menjelaskan fenomena dalam bentuk hubungan antar variabel. Tipe hubungan antara dua variabel atau lebih, seperti yang telah diuraikan dalam bab 2 dapat berupa hubungan korelasional, komparatif (perbandingan), dan hubungan sebab-akibat. Pengujian hipotesis merupakan tujuan studi (termasuk studi eksploratif dan studi deskriptif) yang mempunyai pengaruh terhadap elemen desain penelitian yang lain, terutama dalam pemelihan metode pengujian data.
2.2.4.      Analisis Studi Kasus
Studi kasus meliputi kontekstual dan mendalam terhadap hal yang berkaitan dengan situasi serupa dalam organisasi lain. Studi kasus sebagai sebuah teknik pemecahan masalah, tidak sering dilakukan dalam organisasi karena penemuan jenis masalah yang sama dalam konteks perbandingan dengan yang lainnya adalah sulit, mengingat keengganan perusahaan untuk menyingkapkan permasalahan mereka. Tetapi, studi kasus yang bersifat kualitatif adalah berguna dalam menerapkan solusi pada masalah terkini berdasarkan pengalaman pemecahan masalah di masa lalu.
2.2.5.      Tinjauan Tujuan Studi
Tidak sulit untuk melihat bahwa dalam studi eksploratif, peneliti pada dasarnya berminat untuk menyelidiki faktor-faktor situasional untuk memperoleh pengertian mengenai karakteristik fenomena yang diteliti. Demikian pula, studi awal pada skala kecil, dengan mewawancarai orang-orang atau mendapatkan informasi dari jumlah kejadian yang terbatas adalah tidak umum dalam penelitian eksploratif.
Studi deskritif tidak dilakukan jika karakteristik atau fenomena yang tampak dalam sebuah situasi diketahui eksis dan seseorang ingin mampu menjelaskannya secara lebih baik dengan memberikan riwayat mengenai faktor terkait. Pengujian hipotesis menawarkan pemahaman yang lebih baik mengenai hubungan yang eksis antar variabel. Hal tersebut juga dapat menentukan hubungan sebab-akibat, pengujian hipotesis dapat dilakukan dengan data kualitatif dan kuantitatif. Studi kasus umumnya bersifat kualitatif dan kadang-kadang digunakan sebagai alat dalam pengambilan keputusan manajerial.
2.3.            Jenis Investigasi: Kasual versus Korelasional
Manajer harus menentukan apakah yang diperlukan adalah studi kasual (casual study) atau korelasional (correlational) untuk menemukan jawaban atas persoalan yang dihadapi. Yang pertama dilakukan adalah menentukan hubungan sebab-akibat yang definitif. Tetapi, jika yang diinginkan manajer adalah sekedar identifikasi faktor-faktor penting yang “berkaitan dengan” masalah, maka studi korelasional dipilih. Dalam kasus terdahulu, peneliti tekun menyelidiki satu atau lebih faktor yang tidak diragukan menyebabkan masalah. Dengan kata lain, maksud peneliti megadakan studi kasual adalah agar mampu menyatakan bahwa variabel X menyebabkan variabel Y. Jadi, jika variabel X dihilangkan atau diubah dalam cara tertentu, masalah Y terpecahkan. Tetapi, cukup sering tidak hanya satu atau lebih variabel yang menyebaban masalah dalam organisasi.
Sekaran (2014:165) menyatakan studi kasual adalah studi dimana peneliti ingin menemukan penyebab dari satu atau lebih masalah. Sedangkan studi korelasional adalah studi dimana peneliti berminat untuk menemukan variabel penting yang berkaitan dengan masalah.

2.4.           Tingkat Intervensi Peneliti Terhadap Studi

Tingkat intervensi peneliti terhadap arus kerja normal di tempat kerja mempunyai keterkaitan langsung dengan apakah studi yang dilakukan adalah kasual atau korelasional. Studi korelasioanal dilakukan dalam lingkungan alami organisasi dengan intervensi minimum oleh peneliti dan arus kerja yang normal. Misalnya, jika seorang peneliti ingin mempelajari faktor yang memengaruhi efektivitas pelatihan (studi korelasional), yang harus dilakukan adalah menyusun kerangka teoritis, mengumpulkan data relevan, dan menganalisisnya untuk menghasilkan temuan. Meskipun ada sejumlah gangguan pada arus kerja normal dalam sistem saat peneliti mewawancarai karyawan dan menyebarkan kuesioner di tempat kerja, intervensi peneliti dalam fungsi rutin sistem adalah minimal jika dibandingkan dengan yang disebabkan selama studi kasual. Dalam studi yang diakukan untuk menentukan hubungan sebab-akibat, peneliti mencoba untuk memanipulasi variabel tertentu untuk mempelajari akibat manipulasi tersebut pada variabel terikat yang diteliti. Dengan kata lain, peneliti dengan sengaja mengubah variabel tertentu dalam konteks dan mengintervensi peristiwa sejauh peristiwa tersebut terjadi secara normal dalam organisasi.

2.5.           Situasi Studi: Diatur dan Tidak Diatur

Penelitian organisasi dapat dilakukan dalam lingkungan yang alami, dimana pekerjaan berproses secara normal (yaitu, dalam situasi tidak diatur) atau dalam keadaan artifisial dan diatur. Studi korelasional selalu dilakukan dalam situasi tidak diatur, sedanngkan kebanyakan studi kasual yang ketat dilaksanakan dalam situasi lab yang diatur.
Studi korelasional yang dilakukan dalam organisasi disebut studi lapangan (field study). Studi yang dilakukan untuk menentukan hubungan sebab-akibat menggunakan lingkungan alami yang sama, dimana karyawan berfungsi secara normal disebut eksperimen lapangan (field experiment). Di sini, peneliti melakukan intervensi terhadap peristiwa alami karena variebel bebas dimanipulasi. Misalnya, seorang manajer yang ingin mengetahui pengaruh gaji pada kinerja akan menaikkan gaji karyawan dalam satu unit, menurunkan gaji karyawan dalam unit lain, dan membiarkan gaji karyawan di unit ketiga tanpa perubahan apapun. Dalam hal ini terjadi manipulasi terhadap sistem gaji untuk menentukan hubungan sebab-akibat antara gaji dan ki nerja, namun studi tetap dilakukan dalam situasi alami dan karena itu disebut eksperimen lapangan.
Eksperimen yang dilakukan untuk menentkan hubungan sebab-akibat yang melampaui kemungkinan dari setidaknya keraguan memerlukan pembuatan sebuah lingkungan yang artifisial dan teratur, dimana semua faktor asing dikontrol dengan ketat. Subjek yang sama dipilih secara seksama untuk merespon stimuli tertentu yang dimanipulasi. Studi tersebut dianggap sebagai eksperimen lab (lab experiment).

2.6.           Unit Analisis: Individual, Pasangan, Kelompok, Organisasi, Kebudayaan

Unit analisis merujuk pada tingkat kesatuan data yang dikumpulkan selama tahap analisis data selanjutnya. Jika misalnya, pernyataan masalah berfokus pada bagaimana meningkatkan tingkat motivasi karyawan secara umum, maka kita memperhatikan individu karyawan organisasi dan harus menemukan apa yang bisa kita lakukan untuk meningkatkan motivasi mereka. Dalam hal ini, unit analisis adalah individu (individual). Jika peneliti berminat mempelajari interaksi dua orang, maka beberapa kelompok dua orang, atau dikenal sebagai pasangan (dyads), akan menjadi unit analisis. Analisis terhadap interaksi suami-istri dalam keluarga dan hubungan atasan-bawahan di tempat kerja merupakan contoh yang baik dari pasangan sebagai unit analisis. Tetapi, jika pernyataan masalah berkaitan dengan efektivitas kelompok, maka unit analisis adalah pada tingkat kelompok.
Pernyataan penelitian kita menentukan unit analisis. Misalnya, jika kita ingin mempelajari pola pengambilan keputusan kelompok, kita mungkin akan menguji aspek seperti ukuran kelompok, struktur kelompok, kepaduan, dan semacamnya, untuk mencoba menjelaskan varians dalam pembuatan keputusan kelompok. Disini, kita akan menelaah dinamika yang berlaku dalam beberapa kelompok berbeda dan faktor-faktor yang mempengaruhi pembuatan keputusan kelompok. Dalam hal tersebut, unit analisis adalah kelompok.
Seiring pertanyaan penelitian kita terhadap persoalan bergerak dari individu ke pasangan, dan ke kelompok, organisasi, dan bahkan negara, demikian pula unit analisis, bergeser dari individu ke pasangan, kelompok, organisasi, dan negara. Karakteristik “tingkat analisis” ini adalah bahwa tingkat lebih rendah termasuk dalam tingkat yang lebih tinggi. Dengan demikian, jika kita ingin mempelajari dinamika kelompok, kita mungkin perlu mempelajari, katakanlah enam atau lebih kelompok, dan kemudian menganalisis data yang dikumpulkan dari pengujian terhadap pola dalam tiap kelompok. Jika kita ingin mempelajari perbedaan budaya antarbangsa, kita harus mengumpulkan data dari berbagai negara dan mempelajari pola budaya yang berlaku dalam setiap negara.

2.7.           Horizon Waktu: Studi versus Longitudinal

Data penelitian dapat dikumpulkan sekaligus pada periode tertentu (satu titik waktu) atau dikumpulkan secara bertahap dalam beberapa periode waktu yang relatif lebih lama (lebih dari dua titik waktu), tergantung pada karakteristik masalah penelitian yang akan dijawab.

2.7.1.      Studi Cross-Sectional
Sekaran (2014:177) mengungkapkan studi cross-sectional merupakan sebuah studi dapat dilakukan dengan data yang hanya sekali dikumpulkan, mungkin selama periode harian, mingguan, atau bulanan, dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian.


2.7.2.      Studi Longitudinal
Sebuah studi yang pengumpulan datanya dilakukan melalui proses dan waktu yang lama terhadap sekolompok subjek penelitian tertentu dan diamati terus menerus mengikuti masa perkembangannya. Dalam sejumlah kasus, peneliti mungkin ingin mempelajari fenomena lebih dari satu batas waktu dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian.

2.8.           Tinjauan Unsur-Unsur Desain Penelitian

Pembahaan mengenai isu desain dasar yang terkait dengan tujuan studi, jenis investigasi, tingkat intervensi peneliti, keadaan studi, unit analisis, dan horizon waktu. Peneliti akan menentukan keputusan yang tepat untuk dibuat dalam desain studi berdasarkan definisi masalah, tujuan penelitian, tingkat keketatan yang diinginkan, dan pertimbangan biaya. Kadang-kadang karena waktu dan biaya, seorang peneliti mungkin terbatas untuk menyelesaikan kurang dari desain penelitian “ideal”. Misalnya, peneliti mungkin terpaksa melakukan studi cross-sectional dan bukan longitudinal, melakukan studi lapangan alih-alih desain eksperimen, memilih ukuran sampel lebih kecil dan bukan lebih besar dan seharusnya, sehingga menetapkan suboptimasi dari keputusan desain penelitian dan menentukan tingkat keketatan ilmiah yang lebih rendah karena keterbatasan sumber daya.
Desain penelitian yang ketat mungkin menuntut biaya yang lebih tinggi adalah perlu jika hasil studi sangat penting untuk membuat keputusan penting yang memengaruhi kelangsungan organisasi dan keberadaan sebagian besar anggota sistem. Baik sekali untuk memikirkan persoalan keputusan desain penelitian, bahkan saat kerangka teoritis disusun.

2.9.           Implikasi Manajerial

Penguasaan mengenai persoalan desain penelitian membantu manajer untuk memahami apa yang peneliti berusaha lakukan. Manajer memahami mengapa laporan kadang kala menunjukkan analisis data berdaarkan ukuran sampel kecil, jika banyak waktu yang dihabiskan dalam mengumpulkan data dari beberapa kelompok orang, seperti dalam kasus studi yang meliputi kelompok, departemen atau kantor cabang.
Manajer harus membuat satu keputusan penting sebelum memulai studi yang berkaitan dengan bagaimana keketatan studi seharusnya. Mengetahui bahwa desain penelitian yang lebih ketat memakan sumber daya lebih banyak, manajer berada dalam posisi untuk menimbang kepentingan masalah yang dialami dan memutuskan jenis desain seperti apa yang dapat memberikan hasil yang bisa diterima dalam cara yang efisien. Pengetahuan mengenai interkoneksi di antara beragam aspek dari desain penelitian membantu manajer memutuskan studi yang paling efektif, setelah mempertimbngkan sifat dan besarnya masalah yang dihadapi, dan jenis solusi yang diharapkan. Satu manfaat utama dalam memahami sepenuhnya perbedaan antara studi kasual dan korelasional adalah bahwa manajer tidak terpeleset ke dalam jebakan membuat asumsi kasual implisit ketika dua variabel hanya berhubungan satu sama lain.


_________________________________________________________________________________________


Nazir, Moh. 2014. Metodologi Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.
Indriantoro, Nur. dan Bambang Supomo. 1999. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen. Yogyakarta: BPFE.
Sekaran, Uma. 2014. Metodologi Penelitian Untuk Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar