PROSES
PENELITIAN
LANGKAH
6 UNSUR-UNSUR DESAIN PENELITIAN
Disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Penelitian
Dosen
Pengampu Angga Hidayat
NIDN : 0426108802
Disusun Oleh:
Aries Maulana Abdi (2013122476)
Kristian
Arisandi Panjaitan (2013121204)
Muhammad
Nasrulloh (2013122451)
Mohammad
Richard Pahlevi (2013121764)
Yogini (2013120994)
PROGRAM
STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PAMULANG
2015
______________________________________________________________
BAB
II
KAJIAN
TEORI
2.1.
Desain
Penelitian
Nazir
(2014:70) mengungkapkan desain penelitian “adalah semua proses yang diperlukan
dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian.”
2.1.1. Desain dalam Merencanakan Penelitian
Dalam
merencanakan penelitian, desain dimulai dengan mengadakan penyelidikan dan
evaluasi terhadap penelitian yang sudah dikerjakan dan diketahui, dalam
memecahkan masalah. Pemilihan desain biasanya dimulai ketika seseorang peneliti
sudah mulai merumuskan hipotesis-hipotesisnya. Akan tetapi, aspek yang paling
penting adalah berkenaan dengan apakah suatu hipotesis yang khas diterjemahkan
ke dalam fenomena-fenomena yang diamati dan apakah metode penelitian yang akan
dipilih akan dapat menjamin diperolehnya data yang diperlukan untuk menguji
hipotesis tersebut.
Desain untuk
perencanaan penelitian bertujuan untuk melaksanakan penelitian, sehingga dapat
diperoleh suatu logika, baik dalam pengujian hipotesis, maupun dalam membuat
kesimpulan. Desain rencana penelitian yang baik akan dapat menterjemahkan
model-model ilmiah ke dalam operasional penelitian secara praktis. Tiap langkah
dari desain perencanaan penelitian memerlukan pengambilan keputusan yang tepat
oleh si peneliti.
2.1.2. Desain Pelaksanaan Penelitian
Desain pelaksanaan penelitian meliputi proses membuat percobaan ataupun
pengamatan serta memilih pengukuran-pengukuran variabel, memilih prosedur dalam
teknik sampling, alat-alat untuk mengumpulkan data, kemudian membuat coding,
editing dan memproses data yang dikumpulkan dalam pelaksanaan penelitian
termasuk proses analisis data serta membuat pelaporan.
2.2.
Tujuan
Studi: Ekploratif, Deskriptif, Pengujian Hipotesis (Analisis Dan Prediktif),
Analisis Studi Kasus
Sifat studi mungkin bersifat
eksploratif atau deskriptif, atau dilakukan untuk menguji hipotesis, bergantung
pada tahap peningkatan pengetahuan mengenai topik yang diteliti. Keputusan
desain menjadi semakin ketat saat kita berlanjut dari tahap eksploratif, di
mana peneliti berusaha mengeksplorasi bidang penelitian organisasi yang baru ke
tahap deskriptif. Peneliti mencoba menjelaskan karakteristik tertentu dari
fenomena yang menjadi pusat perhatian ke tahap pengujian hipotesis, menguji
apakah hubungan yang diperkirakan memang terbukti dan jawaban atas pertanyaan penelitian
telah diperoleh.
2.2.1. Studi Eksploratif
Studi eksploratif (exploratory
study) dilakukan jika peneliti memiliki keterbatasan informasi mengenai
masalah penelitian tertentu. Karena penelitian-penelitian sebelumnya yang
meneliti masalah tersebut relatif belum banyak dilakukan oleh peneliti yang
lain. Demikian juga mengenai informasi latar belakang masalah yang diperlukan
oleh peneliti untuk memahami dan merumuskan masalah penelitian, penyusunan
kerangka teoritis, pengembangan hipotesis dan pengujiannya.
Indriantoro (1999:87) mengungkapkan studi eksploratif pada
dasarnya untuk memahami karakteristik fenomena atau masalah yang diteliti,
karena belum banyak literatur hasil penelitian yang membahas masalah tersebut
atau masalah yang sejenis. Peneliti melalui studi ekploratif dapat
mengembangkan konsep yang jelas dan mendefinisikan variabel-variabel penelitian
yang penting. Data yang dikumpulkan dalam studi eksploratif dapat menggunakan
berbagai teknik, antara lain observasi dan wawancara. Berdasarkan hasil
analisis data yang dikumpulkan dalam studi ini, peneliti dapat mengembangkan
teori atau hipotesis yang perlu diuji melalui penelitian-penelitian berikutnya.
2.2.2. Studi Deskriptif
Indriantoro (1999:88) menyatakan studi deskriptif merupakan penelitian
terhadap fenomena atau populasi tertentu yang diperoleh peneliti dari subyek
berupa individu, organisasional, industri atau perspektif yang lain. Studi ini
membantu peneliti untuk menjelaskan karakteristik subyek yang diteliti,
mengkaji berbagai aspek dalam fenomena tertentu dan menawarkan ide masalah
untuk pengujian atau penelitian selanjutnya.
Studi deskriptif menjelaskan karakteristik suatu fenomena yang dapat
digunakan sebagai dasar pembuatan keputusan untuk memecahkan masalah-masalah
bisnis. Meskipun pada dasarnya tidak dimaksudkan untuk memecahkan
masalah-masalah bisnis, disebut juga dengan analisis diagnosis yang datanya
dapat berupa kualitatif dan kuantitatif.
2.2.3. Pengujian Hipotesis
Penelitian yang bertujuan untuk menguji hipotesis umumnya merupakan
penelitian yang menjelaskan fenomena dalam bentuk hubungan antar variabel. Tipe
hubungan antara dua variabel atau lebih, seperti yang telah diuraikan dalam bab
2 dapat berupa hubungan korelasional, komparatif (perbandingan), dan hubungan sebab-akibat.
Pengujian hipotesis merupakan tujuan studi (termasuk studi eksploratif dan
studi deskriptif) yang mempunyai pengaruh terhadap elemen desain penelitian
yang lain, terutama dalam pemelihan metode pengujian data.
2.2.4. Analisis Studi Kasus
Studi kasus meliputi kontekstual dan mendalam terhadap hal yang berkaitan
dengan situasi serupa dalam organisasi lain. Studi kasus sebagai sebuah teknik
pemecahan masalah, tidak sering dilakukan dalam organisasi karena penemuan
jenis masalah yang sama dalam konteks perbandingan dengan yang lainnya adalah
sulit, mengingat keengganan perusahaan untuk menyingkapkan permasalahan mereka.
Tetapi, studi kasus yang bersifat kualitatif adalah berguna dalam menerapkan
solusi pada masalah terkini berdasarkan pengalaman pemecahan masalah di masa
lalu.
2.2.5. Tinjauan Tujuan Studi
Tidak sulit untuk melihat bahwa dalam studi eksploratif, peneliti pada
dasarnya berminat untuk menyelidiki faktor-faktor situasional untuk memperoleh
pengertian mengenai karakteristik fenomena yang diteliti. Demikian pula, studi
awal pada skala kecil, dengan mewawancarai orang-orang atau mendapatkan
informasi dari jumlah kejadian yang terbatas adalah tidak umum dalam penelitian
eksploratif.
Studi deskritif tidak dilakukan jika karakteristik atau fenomena yang
tampak dalam sebuah situasi diketahui eksis dan seseorang ingin mampu
menjelaskannya secara lebih baik dengan memberikan riwayat mengenai faktor
terkait. Pengujian hipotesis menawarkan pemahaman yang lebih baik mengenai
hubungan yang eksis antar variabel. Hal tersebut juga dapat menentukan hubungan
sebab-akibat, pengujian hipotesis dapat dilakukan dengan data kualitatif dan
kuantitatif. Studi kasus umumnya bersifat kualitatif dan kadang-kadang
digunakan sebagai alat dalam pengambilan keputusan manajerial.
2.3.
Jenis
Investigasi: Kasual versus
Korelasional
Manajer harus menentukan apakah
yang diperlukan adalah studi kasual (casual
study) atau korelasional (correlational)
untuk menemukan jawaban atas persoalan yang dihadapi. Yang pertama dilakukan
adalah menentukan hubungan sebab-akibat yang definitif. Tetapi, jika yang
diinginkan manajer adalah sekedar identifikasi faktor-faktor penting yang
“berkaitan dengan” masalah, maka studi korelasional dipilih. Dalam kasus
terdahulu, peneliti tekun menyelidiki satu atau lebih faktor yang tidak
diragukan menyebabkan masalah. Dengan kata lain, maksud peneliti megadakan
studi kasual adalah agar mampu menyatakan bahwa variabel X menyebabkan variabel
Y. Jadi, jika variabel X dihilangkan atau diubah dalam cara tertentu, masalah Y
terpecahkan. Tetapi, cukup sering tidak hanya satu atau lebih variabel yang menyebaban
masalah dalam organisasi.
Sekaran (2014:165) menyatakan
studi kasual adalah studi dimana peneliti ingin menemukan penyebab dari satu atau lebih masalah. Sedangkan
studi korelasional adalah studi dimana peneliti berminat untuk menemukan
variabel penting yang berkaitan dengan masalah.
2.4.
Tingkat Intervensi Peneliti Terhadap
Studi
Tingkat intervensi peneliti terhadap arus kerja normal di tempat kerja
mempunyai keterkaitan langsung dengan apakah studi yang dilakukan adalah kasual
atau korelasional. Studi korelasioanal dilakukan dalam lingkungan alami
organisasi dengan intervensi minimum oleh peneliti dan arus kerja yang normal.
Misalnya, jika seorang peneliti ingin mempelajari faktor yang memengaruhi
efektivitas pelatihan (studi korelasional), yang harus dilakukan adalah
menyusun kerangka teoritis, mengumpulkan data relevan, dan menganalisisnya
untuk menghasilkan temuan. Meskipun ada sejumlah gangguan pada arus kerja
normal dalam sistem saat peneliti mewawancarai karyawan dan menyebarkan
kuesioner di tempat kerja, intervensi peneliti dalam fungsi rutin sistem adalah
minimal jika dibandingkan dengan yang disebabkan selama studi kasual. Dalam
studi yang diakukan untuk menentukan hubungan sebab-akibat, peneliti mencoba
untuk memanipulasi variabel tertentu untuk mempelajari akibat manipulasi
tersebut pada variabel terikat yang diteliti. Dengan kata lain, peneliti dengan
sengaja mengubah variabel tertentu dalam konteks dan mengintervensi peristiwa
sejauh peristiwa tersebut terjadi secara normal dalam organisasi.
2.5.
Situasi
Studi: Diatur dan Tidak Diatur
Penelitian
organisasi dapat dilakukan dalam lingkungan yang alami, dimana pekerjaan
berproses secara normal (yaitu, dalam situasi tidak diatur) atau dalam keadaan
artifisial dan diatur. Studi korelasional selalu dilakukan dalam situasi tidak
diatur, sedanngkan kebanyakan studi kasual yang ketat dilaksanakan dalam
situasi lab yang diatur.
Studi korelasional yang dilakukan dalam organisasi disebut studi lapangan (field study). Studi yang dilakukan untuk menentukan hubungan
sebab-akibat menggunakan lingkungan alami yang sama, dimana karyawan berfungsi
secara normal disebut eksperimen
lapangan (field experiment). Di
sini, peneliti melakukan intervensi terhadap peristiwa alami karena variebel
bebas dimanipulasi. Misalnya, seorang manajer yang ingin mengetahui pengaruh
gaji pada kinerja akan menaikkan gaji karyawan dalam satu unit, menurunkan gaji
karyawan dalam unit lain, dan membiarkan gaji karyawan di unit ketiga tanpa
perubahan apapun. Dalam hal ini terjadi manipulasi terhadap sistem gaji untuk
menentukan hubungan sebab-akibat antara gaji dan ki nerja, namun studi tetap
dilakukan dalam situasi alami dan karena itu disebut eksperimen lapangan.
Eksperimen yang dilakukan untuk menentkan hubungan sebab-akibat yang
melampaui kemungkinan dari setidaknya keraguan memerlukan pembuatan sebuah
lingkungan yang artifisial dan teratur, dimana semua faktor asing dikontrol
dengan ketat. Subjek yang sama dipilih secara seksama untuk merespon stimuli
tertentu yang dimanipulasi. Studi tersebut dianggap sebagai eksperimen lab (lab experiment).
2.6.
Unit Analisis: Individual, Pasangan, Kelompok,
Organisasi, Kebudayaan
Unit
analisis merujuk
pada tingkat kesatuan data yang dikumpulkan selama tahap analisis data
selanjutnya. Jika misalnya, pernyataan masalah berfokus pada bagaimana
meningkatkan tingkat motivasi karyawan secara umum, maka kita memperhatikan
individu karyawan organisasi dan harus menemukan apa yang bisa kita lakukan
untuk meningkatkan motivasi mereka. Dalam hal ini, unit analisis adalah
individu (individual). Jika peneliti
berminat mempelajari interaksi dua orang, maka beberapa kelompok dua orang,
atau dikenal sebagai pasangan (dyads),
akan menjadi unit analisis. Analisis terhadap interaksi suami-istri dalam
keluarga dan hubungan atasan-bawahan di tempat kerja merupakan contoh yang baik
dari pasangan sebagai unit analisis. Tetapi, jika pernyataan masalah berkaitan
dengan efektivitas kelompok, maka unit analisis adalah pada tingkat kelompok.
Pernyataan penelitian kita menentukan unit analisis. Misalnya, jika kita
ingin mempelajari pola pengambilan keputusan kelompok, kita mungkin akan
menguji aspek seperti ukuran kelompok, struktur kelompok, kepaduan, dan
semacamnya, untuk mencoba menjelaskan varians dalam pembuatan keputusan
kelompok. Disini, kita akan menelaah dinamika yang berlaku dalam beberapa
kelompok berbeda dan faktor-faktor yang mempengaruhi pembuatan keputusan kelompok.
Dalam hal tersebut, unit analisis adalah kelompok.
Seiring pertanyaan penelitian kita terhadap persoalan bergerak dari
individu ke pasangan, dan ke kelompok, organisasi, dan bahkan negara, demikian
pula unit analisis, bergeser dari individu ke pasangan, kelompok, organisasi,
dan negara. Karakteristik “tingkat analisis” ini adalah bahwa tingkat lebih
rendah termasuk dalam tingkat yang lebih tinggi. Dengan demikian, jika kita
ingin mempelajari dinamika kelompok, kita mungkin perlu mempelajari, katakanlah
enam atau lebih kelompok, dan kemudian menganalisis data yang dikumpulkan dari
pengujian terhadap pola dalam tiap kelompok. Jika kita ingin mempelajari
perbedaan budaya antarbangsa, kita harus mengumpulkan data dari berbagai negara
dan mempelajari pola budaya yang berlaku dalam setiap negara.
2.7.
Horizon Waktu: Studi versus Longitudinal
Data penelitian dapat dikumpulkan sekaligus pada
periode tertentu (satu titik waktu) atau dikumpulkan secara bertahap dalam
beberapa periode waktu yang relatif lebih lama (lebih dari dua titik waktu),
tergantung pada karakteristik masalah penelitian yang akan dijawab.
2.7.1.
Studi Cross-Sectional
Sekaran (2014:177) mengungkapkan
studi cross-sectional merupakan sebuah studi dapat dilakukan dengan data yang
hanya sekali dikumpulkan, mungkin selama periode harian, mingguan, atau
bulanan, dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian.
2.7.2.
Studi Longitudinal
Sebuah studi yang pengumpulan datanya dilakukan melalui proses dan waktu
yang lama terhadap sekolompok subjek penelitian tertentu dan diamati terus
menerus mengikuti masa perkembangannya. Dalam sejumlah kasus, peneliti mungkin
ingin mempelajari fenomena lebih dari satu batas waktu dalam rangka menjawab pertanyaan
penelitian.
2.8.
Tinjauan Unsur-Unsur Desain Penelitian
Pembahaan
mengenai isu desain dasar yang terkait dengan tujuan studi, jenis investigasi,
tingkat intervensi peneliti, keadaan studi, unit analisis, dan horizon waktu.
Peneliti akan menentukan keputusan yang tepat untuk dibuat dalam desain studi
berdasarkan definisi masalah, tujuan penelitian, tingkat keketatan yang
diinginkan, dan pertimbangan biaya. Kadang-kadang karena waktu dan biaya,
seorang peneliti mungkin terbatas untuk menyelesaikan kurang dari desain
penelitian “ideal”. Misalnya, peneliti mungkin terpaksa melakukan studi cross-sectional dan bukan longitudinal,
melakukan studi lapangan alih-alih desain eksperimen, memilih ukuran sampel
lebih kecil dan bukan lebih besar dan seharusnya, sehingga menetapkan
suboptimasi dari keputusan desain penelitian dan menentukan tingkat keketatan
ilmiah yang lebih rendah karena keterbatasan sumber daya.
Desain
penelitian yang ketat mungkin menuntut biaya yang lebih tinggi adalah perlu
jika hasil studi sangat penting untuk membuat keputusan penting yang
memengaruhi kelangsungan organisasi dan keberadaan sebagian besar anggota
sistem. Baik sekali untuk memikirkan persoalan keputusan desain penelitian,
bahkan saat kerangka teoritis disusun.
2.9.
Implikasi Manajerial
Penguasaan mengenai persoalan desain penelitian membantu manajer untuk
memahami apa yang peneliti berusaha lakukan. Manajer memahami mengapa laporan
kadang kala menunjukkan analisis data berdaarkan ukuran sampel kecil, jika
banyak waktu yang dihabiskan dalam mengumpulkan data dari beberapa kelompok
orang, seperti dalam kasus studi yang meliputi kelompok, departemen atau kantor
cabang.
Manajer harus membuat satu keputusan penting sebelum memulai studi yang
berkaitan dengan bagaimana keketatan studi seharusnya. Mengetahui bahwa desain
penelitian yang lebih ketat memakan sumber daya lebih banyak, manajer berada
dalam posisi untuk menimbang kepentingan masalah yang dialami dan memutuskan
jenis desain seperti apa yang dapat memberikan hasil yang bisa diterima dalam
cara yang efisien. Pengetahuan mengenai interkoneksi di antara beragam aspek
dari desain penelitian membantu manajer memutuskan studi yang paling efektif,
setelah mempertimbngkan sifat dan besarnya masalah yang dihadapi, dan jenis
solusi yang diharapkan. Satu manfaat utama dalam memahami sepenuhnya perbedaan
antara studi kasual dan korelasional adalah bahwa manajer tidak terpeleset ke
dalam jebakan membuat asumsi kasual implisit ketika dua variabel hanya
berhubungan satu sama lain.
_________________________________________________________________________________________
Nazir,
Moh. 2014. Metodologi
Penelitian. Bogor:
Ghalia Indonesia.
Indriantoro,
Nur. dan Bambang Supomo. 1999. Dasar-dasar Metodologi
Penelitian Bisnis untuk
Akuntansi dan Manajemen. Yogyakarta: BPFE.
Sekaran, Uma. 2014. Metodologi Penelitian Untuk Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar