INVESTIGASI ILMIAH
Disusun Untuk Memenuhi Nilai Mata Kuliah
Metodologi Penelitian
Dosen Pengampu : Angga
Hidayat
NIDN : 04261088
Disusun oleh :
Andhiska Hardiyanti (2013120776)
Anisa Fadillah (2013122485)
Desiana (2013121239)
Eko Ari
Prasetyo (2013122855)
Istiana
Choerul Umam (2013121190)
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PAMULANG
2015
____________________________________________________________________________
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Pengertian
Investigasi Ilmiah
Menurut Sekaran
(2014:4), investigasi ilmiah berfokus pada pemecahan masalah dan mengikuti
metode langkah demi langkah yang logis, terorganisasi dan ketat untuk
mengidentifikasi masalah, mengumpulkan data, menganalisisnya dan menarik
kesimpulan yang valid dari hal tersebut.
Penelitian ilmiah menurut Kuncoro (2013:3), mendefinisikan penelitian ilmiah dengan aplikasi secara
sistematis dari metode ilmiah untuk mempelajari dan menjawab permasalahan.
Menurut Davis dan Cosenza (1993:37), metode ilmiah dalam penelitian dilakukan secara kritis
dan analitis, logis, objektif, konseptual dan teoritis, empiris dan sistematis.
Menurut penulis, investigasi ilmiah merupakan penelitian
yang dilakukan secara sistematis dan menggunakan metode-metode tertentu dalam
memecahkan suatu masalah.
Sekaran (2014:29-34), menyatakan bahwa ciri-ciri penelitian ilmiah antara lain sebagai berikut :
1.
Tujuan
Jelas
Dalam sebuah penelitian harus mempunyai tujuan yang jelas agar penelitian
yang dilakukan dapat berjalan dengan baik dan dapat menguntungkan suatu
organisasi. Penelitian harus dimulai dengan adanya sasaran atau tujuan yang jelas agar fokus. Misalnya, penelitian dalam
meningkatkan komitmen karyawan agar karyawan tersebut dapat menaikkan level
kinerja. Penelitian tersebut dengan demikian mempunyai sebuah fokus tujuan yang jelas.
2.
Ketepatan
Ketepatan merupakan kesamanaan atau kedekatan suatu hasil pengukuran
dengan angka atau data yang sebenarnya. Ketepatan juga mengandung arti kehati-hatian,
kecermatan, dan tingkat ketelitian dalam investigasi penelitian. Serta data atau informasi dalam penelitian harus sesuai
dengan fakta yang ada.
3.
Dapat
Diuji
Apabila tujuan dan ketepatan sudah dilakukan, maka penelitian dalam
meningkatkan kinerja karyawan dapat diuji. Hal tersebut dapat diuji dengan menerapkan uji statistik
tertentu pada data yang dikumpulkan untuk tujuan tersebut. Misalnya, peneliti
menilai apakah karyawan melaksanakan tugasnya dengan baik atau tidak. Jika
sudah diketahui karyawan tersebut melaksanakan tugasnya dengan baik atau tidak,
maka peneliti dapat menilai apakah karyawan tersebut benar-benar mempunyai
kinerja yang baik.
4.
Dapat
Ditiru
Kesimpulan hasil uji hipotesis akan lebih diyakini jika ada
temuan yang mirip
muncul berdasarkan data organisasilain
dengan menggunakan metode penelitian yang serupa.
Jika seorang karyawan mempunyai kinerja yang baik dan
berkomitmen tinggi, maka akan
menghasilkan hal yang positif. Misalnya karyawan tersebut bisa memberikan
dampak yang baik bagi karyawan yang lain, sehingga karyawan yang lain dapat
menirunya. Berdasarkan hasil studi, peneliti menyimpulkan bahwa partisipasi
dalam pengambilan keputusan merupakan salah satu faktor terpenting yang
mempengaruhi komitmen karyawan terhadap organisasi. Kita
akan lebih meyakini temuan dan kesimpulan tersebut jika temuan yang mirip
muncul berdasarkan data yang dikumpulkan oleh organisasi lain yang menggunakan
metode serupa.
5.
Ketelitian
dan Keyakinan
Ketelitian
mencerminkan tingkat keakuratan atau keyakinan hasil berdasarkan sampel,
terkait apa yang benar-benar eksis dalam keseluruhan. Misalnya, jika hari
produksi yang hilang sepanjang tahun antara 30 sampai 40, dibandingkan jumlah
angka akrual 35, ketelitian estimasi saya adalah lebih baik dari pada jika saya menyatakan bahwa kehilangan hari
produksi kira-kira antara 20 dan 50.
Keyakinan (confidence) mengacu pada probabilitas ketepatan estimasi. Karena
itu, tidaklah cukup hanya teliti, tetapi juga penting bahwa kita dapat dengan
yakin menegaskan bahwa 95% waktu hasil kita benar dan hanya 5% kemungkinan
salah. Hal ini juga disebut sebagai tingkat keyakinan. Semakin tipis batas kita
dalam mengestimasi rentang prediksi (semakin tepat temuan kita) dan semakin
besar keyakinan kita terhadap hasil penelitian, semakin berguna dan ilmiah
penemuan yang bersangkutan.
6.
Objektivitas
Objektivitas
dalam keilmuan berarti upaya-upaya untuk menangkap sikap alamiah sebuah objek
yang sedang diteliti atau dipelajari. Kesimpulan yang ditarik dari interpretasi
hasil analisis data harus objektif yaitu, harus berdasarkan fakta-fakta dari
temuan yang berasal dari data aktual, dan bukan nilai-nilai subjektif atau
emosional. Misalnya, jika kita mempunyai hipotesis bahwa partisipasi yang lebih
besar dalam pengambilan keputusan akan meningkatkan komitmen organisasi,
sehingga objek yang diteliti tidak sia-sia atau tidak percuma.
7.
Dapat
Digeneralisasi
Dapat
Digeneralisasi mengacu pada penerapan temuan penelitian dalam satu konteks
organisasi ke konteks organisasi lainnya. Apabila dalam satu penelitian sudah dilakukan, maka dapat melanjutkan ke
penelitian selanjutnya. Misalnya, jika seorang peneliti menemukan karyawan memiliki kinerja yang baik adalah benar. Karena
karyawan tersebut dapat melakukan pekerjannya sesuai dengan peraturan yang
telah ditentukan. Hal tersebut diselidiki oleh peneliti untuk pengambilan
keputusan.
Semakin luas jangkauan penerapan solusi yang dihasilkan, semakin berguna penelitian tersebut bagi para pengguna. Tapi tidak banyak penelitian yang dapat digeneralisasi
pada semua konteks, situasi, atau organisasilainnya.
8.
Hemat
Dalam sebuah
penelitian diperlukan kesederhanaan untuk menjelaskan fenomena atau persoalan
yang muncul, dan dalam menghasilkan solusi masalah, lebih disukai untuk
kerangka penelitian yang kompleks yang meliputi jumlah faktor yang tidak dapat
dikendalikan. Misalnya, bila dua atau tiga variabel spesifik dalam
situasi kerja diidentifikasi, yang jika diubah akan meningkatkan 45% komitmen
organisasi karyawan, hal tersebut akan
lebih berguna dan berharga bagi manajer dibanding rekomendasi bahwa ia harus
mengubah 10 variabel berbeda untuk meningkatkan 48% komitmen organisasi.
|
Bagian
ini digunakan untuk menyajikan keterbatasan-keterbatasan penelitian ini yang
dialami selama proses penelitian. Bagian ini tentu saja seharusnya diakhiri
dengan sebuah kalimat yang menjelaskan bahwa memang dalam penelitian ini diakui
ada berbagai kelemahan atau keterbatasan namun keterbatasan itu tidak
mengurangi makna dari temuan penelitian ini, didukung oleh kekuatan-kekuatan
yang dimiliki oleh keseluruhan proses penelitian ini.
|
2.3 Rintangan
Sains Dalam Penelitian
Proses deduktif dan induktif dalam penelitian
dijelaskan di bawah ini.
|
Cara berfikir Deduktif
Yusuf
(2014:17-19), cara berfikir ini dimulai dari teori, dan diakhiri dengan
fenomena atau hal khusus. Dari pengetahuan yang bersifat umum itulah baru kita
menilai kejadian-kejadian yang bersifat khusus. Ini berarti bahwa dalam
berfikir deduktif seseorang atau pemikir bertolak dari pernyataan yang bersifat
umum kemudian menarik kesimpulan yang bersifat khusus. Pengambilan kesimpulan
yang bersifat deduksi disebut dengan silogisme atau dalam bahasa Indonesia
dapat diartikan sebagai konklusi. Syllogism disusun dari dua pernyataan atau
proposisi, yaitu pernyataan (statement) yang menerima atau menolak suatu hal.
Dua pernyataan itu disebut premis mayor dan premis minor (premis dalam bahasa
latin: premissa yang berarti dasar argumentasi atau asumsi).
Kebenaran
penalaran atau kesimpulan yang diambil berdasarkan deduksi ini sangat
tergantung pada kebenaran premis yang dikemukakan. Apabila premis salah maka
konklusi yang diambil juga akan salah. Disamping itu kebenaran kesimpulan
melalui deduksi ini juga akan ditentukan oleh cara pengambilan konklusinya.
Logika deduktif
atau penalaran deduktif sangat bermanfaat untuk menyelidiki cara-cara berfikir
yang kurang teliti, karena konklusi yang diambil sangat ditentukan oleh dua pernyataan
sebelumnya. Sebagai suatu bentuk berfikir, logika deduktif adalah benar,namun
kadang-kadang terdapat kesalahan isi (material) karena kedua premis sebelumnya
kurang tepat. Disamping itu, logika deduktif menyadarkan dirinya pada pemahaman
kata-kata dalam kedua premis.
Deduksi adalah
proses dimana suatu kesimpulan beralasan melalui generalisasi logis dari sebuah
fakta yang diketahui. Misalnya, kita mengetahui bahwa semua orang yang
berkinerja tinggi adalah sangat menguasai pekerjaan mereka. Bila seseorang
berkinerja tinggi, kita kemudian menyimpulkan bahwa ia sangat menguasai
pekerjaannya.
Cara berfikir Induktif
Dalam logika deduktif, dengan pernyataan
yang bersifat umum, dengan hukum atau teori yang sudah ada dan selanjutnya kita
melangkah pada kenyataan khusus yang disimpulkan. Sebaliknya cara berfikir
induktif dimulai dengan pernyataan yang bersifat khusus. Karena dalam berfikir
induktif ini dimulai dengan penalaran yang mempunyai ciri khas dan terbatas
ruang lingkupnya dan kemudian ditarik suatu konklusi yang bersifat umum. Dalam
logika deduktif, konklusi yang disimpulkan adalah benar apabila kedua premis
sebelumnya benar dan cara penarikan kesimpulan juga benar, tetapi tidak
demikian dalam logika induktif.
Pernyataan
khusus yang dijadikan dasar untuk mengambil keputusan hanya terbataspada atau
sampai pernyataan khusus itu dibuat, tetapi belum tentu untuk masa datang.
Sering juga terjadi kesalahan dalam pengambilan kesimpulan, karena konklusi
tidak bersumber dari sampel yng mewakili populasi. Cara berfikir induktif ini
sebenarnya merupakan reaksi terhadap penalaran deduktif yang bersumber terlebih
dahulu pada hal yang bersifat umum.
Induksi
merupakan proses dimana kita mengamati fenomena tertentu dan berdasarkan pada
hal tersebut tiba pada kesimpulan. Denga kata lain, dalam induksi, kita secara
logis membuat sebuah proporsi umum berdasarkan fakta yang diamati. Misalnya,
kita melihat bahwa proses produksi merupakan ciri utama dari pabrik manufaktur.
Karena itu, kita menyimpulkan bahwa pabrik eksis untuk tujuan produksi. Baik
produksi deduktif maupun induktif digunakan dalam investigasi ilmiah.
___________________________________________________________________
Sekaran
(2014:37), rintangan penyelidikan ilmiah meliputi proses mengamati fenomena
pada awalnya, mengidentifikasi masalah, membangun sebuah teori yang mungkin
berlaku, membuat hipotesis, menentukan aspek-aspek desain penelitian,
mengumpulkan data, menganalisis data, dana menginterpretasikan hasil.
2.4 Metode
Hipotesis-Deduktif
2.4.1 Tujuh
Langkah Metode Hipotesis-Deduktif
Sekaran (2014:39-42) menyatakan bahwa
terdapat tujuh langkah yang
termasuk dalam metode penelitian hipotesis-deduktif:
1.
Pengamatan
Pengamatan atau observasi adalah aktivitas
terhadap suatu proses atau objek dengan maksud merasakan dan kemudian memahami
pengetahuan dari sebuah fenomena berdasarkan pengetahuan dan gagasan yang
sudah diketahui sebelumnya, untuk mendapatkan informasi-informasi yang
dibutuhkan untuk melanjutkan suatu penelitian.
Cara
observasi yang paling efektif adalah melengkapinya dengan pedoman observasi
atau pedoman pengamatan seperti format atau blangko pengamatan. Format yang
disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan
akan terjadi. Setelah itu, peneliti sebagai seorang pengamat tinggal memberikan
tanda cek pada kolom yang dikehendaki pada format tersebut.
2.
Pengumpulan
Informasi Awal
Pengumpulan
data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam
kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan
dipermudah olehnya. Instumen
sebagi alat bantu dalam menggunakan metode pengumpulan data merupakan sarana
yang dapat diwujudkan dalam benda, misalnya pedoman wawancara, pedoman
observasi, dan skala. Dengan instrumen akan diperoleh data yang merupakan bahan
penting untuk menjawab permasalahan, mencari sesuatu yang akan digunakan untuk
mencapi tujuan, dan untuk membuktikan hipotesis. Pengumpulan data dilakukan
untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan
penelitian.
Dengan
demikian, banyak informasi akan diperoleh melalui wawancara dan penelitian
pustaka. Langkah selanjutnya adalah mengartikan
faktor-faktor yang telah diidentifikasi dalam tahap pengumpulan
informasi dengan memilahnya bersama dalam beberapa
cara yang bermakna.
3.
Perumusan
teori
Langkah selanjutnya yaitu usaha untuk menggabungkan semua informasi dalam
cara yang logis, sehingga faktor-faktor yang berkaitan dengan masalah dapat
dikonseptualisasi dan diuji. Pada langkah ini, variabel kritis diuji kontribusi
dan pengarunya dalam menjelaskan mengapa masalah terjadi dan bagaimana hal
tersebut dapat diselesaikan.
4.
Penyusunan
Hipotesis
Menyusun hipotesis merupakan tahapan
penelitian yang penting untuk membangun atau merumuskan suatu hipotesis. Landasan
teori yang dipilih harus sesuai dengan ruang lingkup permasalahan. Landasan
teoritis ini akan menjadi suatu asumsi dasar peneliti dan sangat berguna pada
saat menentukan suatu hipotesis penelitian. Peneliti harus selalu bersikap
terbuka terhadap fakta dan kesimpulan terdahulu baik yang memperkuat maupun
yang bertentangan dengan prediksinya.
5.
Pengumpulan
Data Ilmiah Lebih Lanjut
Setelah
menyusun hipotesis, data yang terkait dengan setiap variabel dalam hipotesis
perlu dikumpulkan. Dengan kata lain, pengumpulan data ilmiah lebih lanjut
adalah diperlukan untuk menguji hipotesis yang dihasilkan
dalam studi. Misalnya, untuk menguji hipotesis bahwa menyediakan item yang
memadai akan mengurangi ketidakpuasan konsumen, seseorang perlu mengukur
tingkat kepuasan konsumen saat ini dan mengumpulkan data lebih lanjut
mengenai tingkat kepuasan konsumen kapan pun
sejumlah item yang memadai disimpan dan tersedia bagi
konsumen.
6.
Analisis
Data
Pada dasarnya proses
analisis data itu dimulai dari menelaah data secara keseluruhan yang telah
tersedia dari berbagai macam sumber, baik itu pengamatan, wawancara, catatan
lapangan dan yang lainnya. Data tersebut memang ada banyak sekali dan setelah
dibaca kemudian dipelajari. Apabila itu sudah dilakukan maka selanjutnya
melakukan reduksi data yang dilaksanakan dengan cara membuat sebuah abstraksi
dan setelah itu maka menyusunnya ke dalam satuan-satuan.
7.
Deduksi
Deduksi berarti penarikan kesimpulan dari keadaan yang umum atau
penemuan yang khusus dari hasil
analisis data. Dengan demikian, metode deduksi adalah
proses penalaran dari satu atau lebih pernyataan umum (premis) untuk mencapai
kesimpulan logis tertentu.
2.5 Tinjauan
Metode Hipotetis – Deduktif
Hipotesis adalah
jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang dikembangkan dari teori dan
hasil penelitian yang relevan, maka setelah pengujian hipotesis dilakukan,
peneliti perlu menyampaikan kesimpulan yang dapat ditarik sebagai akibat dari
diterima atau ditolaknya hipotesis yang telah diuji.
Bentuk-bentuk Hipotesis
Sugiyono (2014:102),
bentuk-bentuk hipotesis penelitian sangat terkait dengan rumusan masalah
penelitian. Bila dilihat dari tingkat eksplanasinya, maka bentuk rumusan
masalah penelitian ada tiga, yaitu : rumusan masalah deskriptif (variabel
mandiri), komparatif (perbandingan) dan asosiatif (hubungan). Oleh karena itu
bentuk hipotesis penelitian juga ada tiga yaitu hipotesis deskriptif,
komparatif, dan asosiatif.
Perumusan
hipotesis merupakan langkah ketiga dalam penelitian. Penelitian yang merumuskan
hipotesis adalah penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif. Pada
penelitian kuantitatif, tidak dirumuskan hipotesis, tetapi justru diharapkan
dapat ditemukan hipotesis. Selanjutnya hipotesis tersebut akan diuji oleh
peneliti dengan menggunakan pendekatan kualitatif.
2.6 Tipe
Penelitian Lainnya
2.6.1 Studi Kasus
Studi kasus adalah salah satu metode penelitian dalam ilmu sosial.
Dalam riset yang
menggunakan metode ini, dilakukan pemeriksaan longitudinal yang mendalam
terhadap suatu keadaan atau kejadian yang disebut sebagai kasus dengan
menggunakan cara-cara yang sistematis dalam melakukan pengamatan, pengumpulan data, analisisinformasi,
dan pelaporan hasilnya. Sebagai hasilnya, akan diperoleh pemahaman yang
mendalam tentang mengapa sesuatu terjadi dan dapat menjadi dasar bagi riset
selanjutnya.
Studi
kasus dapat menggunakan bukti baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Penelitian dengan subjek tunggal memberikan kerangka
kerja statistik untuk
membuat inferensi dari data studi kasus kuantitatif.
2.6.2 Penelitian
Tindakan
Penelitian
tindakan adalah penelitian yang berorientasi pada penerapan tindakan dengan
tujuan peningkatan mutu atau pemecahan masalah pada suatu kelompok subyek yang
diteliti dan mengamati tingkat keberhasilan atau akibat tindakannya, untuk
kemudian diberikan tindakan lanjutan yang bersifat penyempurnaan tindakan atau
penyesuaian dengan kondisi dan situasi sehingga diperoleh hasil yang lebih
baik.
Karakteristik
utama penelitian ini adalah partisipasi dan kolaborasi antara peneliti dengan
anggota sasaran. Penelitian
tindakan juga merupakan salah satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan
tindakan nyata dalam bentuk proses pengembangan inovatif yang ‘dicoba sambil
jalan’ dalam mendeteksi dan memecahkan masalah.
___________________________________________________________________
DAFTAR PUSTAKA
Davis, D.
& Cosenza, R.M. 1993. Business
Research For Decision Making. Belmont: PWS-KENT publishing Company.
Kuncoro, M.
2013. Metode Riset Untuk Bisnis dan
Ekonomi. Jakarta: Salemba Empat.
Sekaran. 2014. Metodologi Penelitian Untuk Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantiatif, Kualitatif dan Kombinasi (Mixed Methods).
Bandung: Alfabeta.
Yusuf, A. Muri. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif
dan Penelitian Gabungan. Jakarta: Prenadamedia Group.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar