Kamis, 25 Februari 2016

Makalah Kelompok 2 - INVESTIGASI ILMIAH

INVESTIGASI ILMIAH
Disusun Untuk Memenuhi Nilai Mata Kuliah Metodologi Penelitian
Dosen Pengampu : Angga Hidayat
NIDN : 04261088
Disusun oleh :
Andhiska Hardiyanti               (2013120776)
Anisa Fadillah                         (2013122485)
Desiana                                   (2013121239)
Eko Ari Prasetyo                     (2013122855)
Istiana Choerul Umam            (2013121190)
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PAMULANG
2015
____________________________________________________________________________

BAB II
KAJIAN TEORI

2.1       Pengertian Investigasi Ilmiah
Menurut Sekaran (2014:4), investigasi ilmiah berfokus pada pemecahan masalah dan mengikuti metode langkah demi langkah yang logis, terorganisasi dan ketat untuk mengidentifikasi masalah, mengumpulkan data, menganalisisnya dan menarik kesimpulan yang valid dari hal tersebut.
Penelitian ilmiah menurut Kuncoro (2013:3), mendefinisikan penelitian ilmiah dengan aplikasi secara sistematis dari metode ilmiah untuk mempelajari dan menjawab permasalahan.
Menurut Davis dan Cosenza (1993:37), metode ilmiah dalam penelitian dilakukan secara kritis dan analitis, logis, objektif, konseptual dan teoritis, empiris dan sistematis.
Menurut penulis, investigasi ilmiah merupakan penelitian yang dilakukan secara sistematis dan menggunakan metode-metode tertentu dalam memecahkan suatu masalah.

Sekaran (2014:29-34), menyatakan bahwa ciri-ciri penelitian ilmiah antara lain sebagai berikut :
1.         Tujuan Jelas
Dalam sebuah penelitian harus mempunyai tujuan yang jelas agar penelitian yang dilakukan dapat berjalan dengan baik dan dapat menguntungkan suatu organisasi. Penelitian harus dimulai dengan adanya sasaran atau tujuan yang jelas agar fokus. Misalnya, penelitian dalam meningkatkan komitmen karyawan agar karyawan tersebut dapat menaikkan level kinerja. Penelitian tersebut dengan demikian mempunyai sebuah fokus tujuan yang jelas.
2.             Ketepatan
Ketepatan merupakan kesamanaan atau kedekatan suatu hasil pengukuran dengan angka atau data yang sebenarnya. Ketepatan juga mengandung arti kehati-hatian, kecermatan, dan tingkat ketelitian dalam investigasi penelitian. Serta data atau informasi dalam penelitian harus sesuai dengan fakta yang ada.
3.             Dapat Diuji
Apabila tujuan dan ketepatan sudah dilakukan, maka penelitian dalam meningkatkan kinerja karyawan dapat diuji. Hal tersebut dapat diuji dengan menerapkan uji statistik tertentu pada data yang dikumpulkan untuk tujuan tersebut. Misalnya, peneliti menilai apakah karyawan melaksanakan tugasnya dengan baik atau tidak. Jika sudah diketahui karyawan tersebut melaksanakan tugasnya dengan baik atau tidak, maka peneliti dapat menilai apakah karyawan tersebut benar-benar mempunyai kinerja yang baik.
4.             Dapat Ditiru
Kesimpulan hasil uji hipotesis akan lebih diyakini jika ada temuan yang mirip muncul berdasarkan data organisasilain dengan menggunakan metode penelitian yang serupa.
Jika seorang karyawan mempunyai kinerja yang baik dan berkomitmen tinggi,  maka akan menghasilkan hal yang positif. Misalnya karyawan tersebut bisa memberikan dampak yang baik bagi karyawan yang lain, sehingga karyawan yang lain dapat menirunya. Berdasarkan hasil studi, peneliti menyimpulkan bahwa partisipasi dalam pengambilan keputusan merupakan salah satu faktor terpenting yang mempengaruhi komitmen karyawan terhadap organisasi. Kita akan lebih meyakini temuan dan kesimpulan tersebut jika temuan yang mirip muncul berdasarkan data yang dikumpulkan oleh organisasi lain yang menggunakan metode serupa.

5.             Ketelitian dan Keyakinan
Ketelitian mencerminkan tingkat keakuratan atau keyakinan hasil berdasarkan sampel, terkait apa yang benar-benar eksis dalam keseluruhan. Misalnya, jika hari produksi yang hilang sepanjang tahun antara 30 sampai 40, dibandingkan jumlah angka akrual 35, ketelitian estimasi saya adalah lebih baik dari pada jika saya menyatakan bahwa kehilangan hari produksi kira-kira antara 20 dan 50.
Keyakinan (confidence) mengacu pada probabilitas ketepatan estimasi. Karena itu, tidaklah cukup hanya teliti, tetapi juga penting bahwa kita dapat dengan yakin menegaskan bahwa 95% waktu hasil kita benar dan hanya 5% kemungkinan salah. Hal ini juga disebut sebagai tingkat keyakinan. Semakin tipis batas kita dalam mengestimasi rentang prediksi (semakin tepat temuan kita) dan semakin besar keyakinan kita terhadap hasil penelitian, semakin berguna dan ilmiah penemuan yang bersangkutan.
6.             Objektivitas
Objektivitas dalam keilmuan berarti upaya-upaya untuk menangkap sikap alamiah sebuah objek yang sedang diteliti atau dipelajari. Kesimpulan yang ditarik dari interpretasi hasil analisis data harus objektif yaitu, harus berdasarkan fakta-fakta dari temuan yang berasal dari data aktual, dan bukan nilai-nilai subjektif atau emosional. Misalnya, jika kita mempunyai hipotesis bahwa partisipasi yang lebih besar dalam pengambilan keputusan akan meningkatkan komitmen organisasi, sehingga objek yang diteliti tidak sia-sia atau tidak percuma.
7.             Dapat Digeneralisasi
Dapat Digeneralisasi mengacu pada penerapan temuan penelitian dalam satu konteks organisasi ke konteks organisasi lainnya. Apabila dalam satu penelitian sudah dilakukan, maka dapat melanjutkan ke penelitian selanjutnya. Misalnya, jika seorang peneliti menemukan karyawan memiliki kinerja yang baik adalah benar. Karena karyawan tersebut dapat melakukan pekerjannya sesuai dengan peraturan yang telah ditentukan. Hal tersebut diselidiki oleh peneliti untuk pengambilan keputusan.
Semakin luas jangkauan penerapan solusi yang dihasilkan, semakin berguna penelitian tersebut bagi para pengguna. Tapi tidak banyak penelitian yang dapat digeneralisasi pada semua konteks, situasi, atau organisasilainnya.

8.             Hemat
Dalam sebuah penelitian diperlukan kesederhanaan untuk menjelaskan fenomena atau persoalan yang muncul, dan dalam menghasilkan solusi masalah, lebih disukai untuk kerangka penelitian yang kompleks yang meliputi jumlah faktor yang tidak dapat dikendalikan. Misalnya, bila dua atau tiga variabel spesifik dalam situasi kerja diidentifikasi, yang jika diubah akan meningkatkan 45% komitmen organisasi karyawan, hal tersebut akan lebih berguna dan berharga bagi manajer dibanding rekomendasi bahwa ia harus mengubah 10 variabel berbeda untuk meningkatkan 48% komitmen organisasi.




 
2.2       Keterbatasan Penelitian Ilmiah Dalam Bidang Manajemen
Bagian ini digunakan untuk menyajikan keterbatasan-keterbatasan penelitian ini yang dialami selama proses penelitian. Bagian ini tentu saja seharusnya diakhiri dengan sebuah kalimat yang menjelaskan bahwa memang dalam penelitian ini diakui ada berbagai kelemahan atau keterbatasan namun keterbatasan itu tidak mengurangi makna dari temuan penelitian ini, didukung oleh kekuatan-kekuatan yang dimiliki oleh keseluruhan proses penelitian ini.

 
Menurut Sekaran (2014:35-36), dalam bidang manajemen dan ilmu sosial, tidak selalu mungkin untuk melakukan investigasi yang 100% ilmiah. Hal ini terutama karena kesulitan yang dihadapi dalam pengukuran dan pengumpulan data dalam bidang subjektif seperti perasaan, emosi sikap, dan persepsi. Sifat bisa diperbandingkan, konsistensi, dan generalisasi yang luas sering sulit dicapai dalam penelitian.
2.3       Rintangan Sains Dalam Penelitian
Proses deduktif dan induktif dalam penelitian dijelaskan di bawah ini.

 
2.3.1    Deduksi dan Induksi
Cara berfikir Deduktif
Yusuf (2014:17-19), cara berfikir ini dimulai dari teori, dan diakhiri dengan fenomena atau hal khusus. Dari pengetahuan yang bersifat umum itulah baru kita menilai kejadian-kejadian yang bersifat khusus. Ini berarti bahwa dalam berfikir deduktif seseorang atau pemikir bertolak dari pernyataan yang bersifat umum kemudian menarik kesimpulan yang bersifat khusus. Pengambilan kesimpulan yang bersifat deduksi disebut dengan silogisme atau dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai konklusi. Syllogism disusun dari dua pernyataan atau proposisi, yaitu pernyataan (statement) yang menerima atau menolak suatu hal. Dua pernyataan itu disebut premis mayor dan premis minor (premis dalam bahasa latin: premissa yang berarti dasar argumentasi atau asumsi).
Kebenaran penalaran atau kesimpulan yang diambil berdasarkan deduksi ini sangat tergantung pada kebenaran premis yang dikemukakan. Apabila premis salah maka konklusi yang diambil juga akan salah. Disamping itu kebenaran kesimpulan melalui deduksi ini juga akan ditentukan oleh cara pengambilan konklusinya.
Logika deduktif atau penalaran deduktif sangat bermanfaat untuk menyelidiki cara-cara berfikir yang kurang teliti, karena konklusi yang diambil sangat ditentukan oleh dua pernyataan sebelumnya. Sebagai suatu bentuk berfikir, logika deduktif adalah benar,namun kadang-kadang terdapat kesalahan isi (material) karena kedua premis sebelumnya kurang tepat. Disamping itu, logika deduktif menyadarkan dirinya pada pemahaman kata-kata dalam kedua premis.
Deduksi adalah proses dimana suatu kesimpulan beralasan melalui generalisasi logis dari sebuah fakta yang diketahui. Misalnya, kita mengetahui bahwa semua orang yang berkinerja tinggi adalah sangat menguasai pekerjaan mereka. Bila seseorang berkinerja tinggi, kita kemudian menyimpulkan bahwa ia sangat menguasai pekerjaannya.
 
Cara berfikir Induktif
Dalam logika deduktif, dengan pernyataan yang bersifat umum, dengan hukum atau teori yang sudah ada dan selanjutnya kita melangkah pada kenyataan khusus yang disimpulkan. Sebaliknya cara berfikir induktif dimulai dengan pernyataan yang bersifat khusus. Karena dalam berfikir induktif ini dimulai dengan penalaran yang mempunyai ciri khas dan terbatas ruang lingkupnya dan kemudian ditarik suatu konklusi yang bersifat umum. Dalam logika deduktif, konklusi yang disimpulkan adalah benar apabila kedua premis sebelumnya benar dan cara penarikan kesimpulan juga benar, tetapi tidak demikian dalam logika induktif.
Pernyataan khusus yang dijadikan dasar untuk mengambil keputusan hanya terbataspada atau sampai pernyataan khusus itu dibuat, tetapi belum tentu untuk masa datang. Sering juga terjadi kesalahan dalam pengambilan kesimpulan, karena konklusi tidak bersumber dari sampel yng mewakili populasi. Cara berfikir induktif ini sebenarnya merupakan reaksi terhadap penalaran deduktif yang bersumber terlebih dahulu pada hal yang bersifat umum.
Induksi merupakan proses dimana kita mengamati fenomena tertentu dan berdasarkan pada hal tersebut tiba pada kesimpulan. Denga kata lain, dalam induksi, kita secara logis membuat sebuah proporsi umum berdasarkan fakta yang diamati. Misalnya, kita melihat bahwa proses produksi merupakan ciri utama dari pabrik manufaktur. Karena itu, kita menyimpulkan bahwa pabrik eksis untuk tujuan produksi. Baik produksi deduktif maupun induktif digunakan dalam investigasi ilmiah.

 


Sekaran (2014:37), rintangan penyelidikan ilmiah meliputi proses mengamati fenomena pada awalnya, mengidentifikasi masalah, membangun sebuah teori yang mungkin berlaku, membuat hipotesis, menentukan aspek-aspek desain penelitian, mengumpulkan data, menganalisis data, dana menginterpretasikan hasil.



2.4       Metode Hipotesis-Deduktif
2.4.1    Tujuh Langkah Metode Hipotesis-Deduktif
Sekaran (2014:39-42) menyatakan bahwa terdapat tujuh langkah yang termasuk dalam metode penelitian hipotesis-deduktif:
1.        Pengamatan
Pengamatan atau observasi adalah aktivitas terhadap suatu proses atau objek dengan maksud merasakan dan kemudian memahami pengetahuan dari sebuah fenomena berdasarkan pengetahuan dan gagasan yang sudah diketahui sebelumnya, untuk mendapatkan informasi-informasi yang dibutuhkan untuk melanjutkan suatu penelitian.
Cara observasi yang paling efektif adalah melengkapinya dengan pedoman observasi atau pedoman pengamatan seperti format atau blangko pengamatan. Format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi. Setelah itu, peneliti sebagai seorang pengamat tinggal memberikan tanda cek pada kolom yang dikehendaki pada format tersebut.

2.        Pengumpulan Informasi Awal
Pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Instumen sebagi alat bantu dalam menggunakan metode pengumpulan data merupakan sarana yang dapat diwujudkan dalam benda, misalnya pedoman wawancara, pedoman observasi, dan skala. Dengan instrumen akan diperoleh data yang merupakan bahan penting untuk menjawab permasalahan, mencari sesuatu yang akan digunakan untuk mencapi tujuan, dan untuk membuktikan hipotesis. Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian.
Dengan demikian, banyak informasi akan diperoleh melalui wawancara dan penelitian pustaka. Langkah selanjutnya adalah mengartikan  faktor-faktor yang telah diidentifikasi dalam tahap pengumpulan informasi dengan memilahnya bersama dalam beberapa cara yang bermakna.
3.        Perumusan teori
Langkah selanjutnya yaitu usaha untuk menggabungkan semua informasi dalam cara yang logis, sehingga faktor-faktor yang berkaitan dengan masalah dapat dikonseptualisasi dan diuji. Pada langkah ini, variabel kritis diuji kontribusi dan pengarunya dalam menjelaskan mengapa masalah terjadi dan bagaimana hal tersebut dapat diselesaikan.
4.        Penyusunan Hipotesis
 Menyusun hipotesis merupakan tahapan penelitian yang penting untuk membangun atau merumuskan suatu hipotesis. Landasan teori yang dipilih harus sesuai dengan ruang lingkup permasalahan. Landasan teoritis ini akan menjadi suatu asumsi dasar peneliti dan sangat berguna pada saat menentukan suatu hipotesis penelitian. Peneliti harus selalu bersikap terbuka terhadap fakta dan kesimpulan terdahulu baik yang memperkuat maupun yang bertentangan dengan prediksinya.


5.        Pengumpulan Data Ilmiah Lebih Lanjut
Setelah menyusun hipotesis, data yang terkait dengan setiap variabel dalam hipotesis perlu dikumpulkan. Dengan kata lain, pengumpulan data ilmiah lebih lanjut adalah diperlukan untuk menguji hipotesis yang dihasilkan dalam studi. Misalnya, untuk menguji hipotesis bahwa menyediakan item yang memadai akan mengurangi ketidakpuasan konsumen, seseorang perlu mengukur tingkat kepuasan konsumen saat ini dan mengumpulkan data lebih lanjut mengenai tingkat kepuasan konsumen kapan pun sejumlah item yang memadai disimpan dan tersedia bagi konsumen.
6.        Analisis Data
Pada dasarnya proses analisis data itu dimulai dari menelaah data secara keseluruhan yang telah tersedia dari berbagai macam sumber, baik itu pengamatan, wawancara, catatan lapangan dan yang lainnya. Data tersebut memang ada banyak sekali dan setelah dibaca kemudian dipelajari. Apabila itu sudah dilakukan maka selanjutnya melakukan reduksi data yang dilaksanakan dengan cara membuat sebuah abstraksi dan setelah itu maka menyusunnya ke dalam satuan-satuan.
7.                   Deduksi
Deduksi berarti penarikan kesimpulan dari keadaan yang umum atau penemuan yang khusus dari hasil analisis data. Dengan demikian, metode deduksi adalah proses penalaran dari satu atau lebih pernyataan umum (premis) untuk mencapai kesimpulan logis tertentu.

2.5       Tinjauan Metode Hipotetis – Deduktif
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang dikembangkan dari teori dan hasil penelitian yang relevan, maka setelah pengujian hipotesis dilakukan, peneliti perlu menyampaikan kesimpulan yang dapat ditarik sebagai akibat dari diterima atau ditolaknya hipotesis yang telah diuji.
Bentuk-bentuk Hipotesis
Sugiyono (2014:102), bentuk-bentuk hipotesis penelitian sangat terkait dengan rumusan masalah penelitian. Bila dilihat dari tingkat eksplanasinya, maka bentuk rumusan masalah penelitian ada tiga, yaitu : rumusan masalah deskriptif (variabel mandiri), komparatif (perbandingan) dan asosiatif (hubungan). Oleh karena itu bentuk hipotesis penelitian juga ada tiga yaitu hipotesis deskriptif, komparatif, dan asosiatif.
Perumusan hipotesis merupakan langkah ketiga dalam penelitian. Penelitian yang merumuskan hipotesis adalah penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif. Pada penelitian kuantitatif, tidak dirumuskan hipotesis, tetapi justru diharapkan dapat ditemukan hipotesis. Selanjutnya hipotesis tersebut akan diuji oleh peneliti dengan menggunakan pendekatan kualitatif.










2.6       Tipe Penelitian Lainnya
2.6.1    Studi Kasus
Studi kasus adalah salah satu metode penelitian dalam ilmu sosial. Dalam riset yang menggunakan metode ini, dilakukan pemeriksaan longitudinal yang mendalam terhadap suatu keadaan atau kejadian yang disebut sebagai kasus dengan menggunakan cara-cara yang sistematis dalam melakukan pengamatan, pengumpulan data, analisisinformasi, dan pelaporan hasilnya. Sebagai hasilnya, akan diperoleh pemahaman yang mendalam tentang mengapa sesuatu terjadi dan dapat menjadi dasar bagi riset selanjutnya.
Studi kasus dapat menggunakan bukti baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Penelitian dengan subjek tunggal memberikan kerangka kerja statistik untuk membuat inferensi dari data studi kasus kuantitatif.

            2.6.2   Penelitian Tindakan
Penelitian tindakan adalah penelitian yang berorientasi pada penerapan tindakan dengan tujuan peningkatan mutu atau pemecahan masalah pada suatu kelompok subyek yang diteliti dan mengamati tingkat keberhasilan atau akibat tindakannya, untuk kemudian diberikan tindakan lanjutan yang bersifat penyempurnaan tindakan atau penyesuaian dengan kondisi dan situasi sehingga diperoleh hasil yang lebih baik.
Karakteristik utama penelitian ini adalah partisipasi dan kolaborasi antara peneliti dengan anggota sasaran.  Penelitian tindakan juga merupakan salah satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dalam bentuk proses pengembangan inovatif yang ‘dicoba sambil jalan’ dalam mendeteksi dan memecahkan masalah.
 

___________________________________________________________________


DAFTAR PUSTAKA

Davis, D. & Cosenza, R.M. 1993. Business Research For Decision Making. Belmont: PWS-KENT publishing Company.
Kuncoro, M. 2013. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta: Salemba Empat.
Sekaran. 2014. Metodologi Penelitian Untuk Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantiatif, Kualitatif dan Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta.
Yusuf, A. Muri. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian Gabungan. Jakarta: Prenadamedia Group.
 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar